Takhayul Atau Logis?
“Amit-amit jabang bayi..” Itulah kalimat yang sering diucapkan ibu hamil ketika mendengar atau habis berkata sesuatu yang buruk. Banyak hal yang kemudian menjadi pantangan dan tabu selama hamil. Takhayulkah itu? Atau logis?
Mungkin Anda termasuk orang yang tak peduli tabu saat hamil. Bagi Anda, kondisi fisik dan mental janin tidak ditentukan oleh pelanggaran terhadap pantangan. Namun, tak bisa dipungkiri, aneka pantangan tersebut muncul dan terus diturunkan (hingga sampai pada Anda!) tentu ada yang 'istimewa', tak semata takhayul. Bisa jadi ada pesan moral dan pesan yang menyangkut kesehatan di dalamnya.
Menyiksa dan membunuh binatang. Kata orang, jika suami atau istri melanggar pantangan ini, fisik anak yang dilahirkan kelak menyerupai binatang yang disiksa atau dibunuh. Sifat anak jadi sadis, dan tega membunuh. Betapapun Anda marah besar terhadap binatang tertentu, toh orang tua kita jauh-jauh hari berpesan agar Anda berdua tidak menyakiti binatang.
Pesan moral: Selama hamil, calon ibu dan ayah dituntut mengendalikan emosi. Kemampuan mengendalikan emosi sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak, karena anak-anak kerap melakukan hal-hal yang bisa memicu kemarahan.
Menghina, membenci dan mencela. Tak boleh dilakukan baik suami mapun istri. Pelanggaran terhadap larangan ini mengakibatkan anak lahir menyerupai orang yang dihina atau dicela, baik fisik maupun sifat.
Pesan moral: Pengendalian diri! Anak mempelajarinya sejak dalam kandungan. Orang tua mengasuh anak sejak anak dalam kandungan. Dua hal ini menjadi landasan, mengapa orang yang sedang hamil tidak boleh menghina atau mencela.
Duduk atau berdiri di ambang pintu. Tidak boleh, karena duduk atau berdiri lama di ambang pintu menyulitkan proses persalinan normal.
Pesan kesehatan: ambang pintu tempat lalu lalang angin. Paparan angin yang terlalu lama bisa mengganggu kesehatan ibu hamil.
Belanja kebutuhan bayi. Pantang dilakukan sebelum usia kandungan masuk bulan ke 7. Pamali!
Pesan moral: Usia kandungan trimester tiga dianggap sudah kuat. Janin sudah berwujud bayi. Membeli pakaian dan perlengkapan bayi lebih relevan ketimbang membeli keperluan bayi saat janin belum berwujud bayi. Jangan sampai perlengkapan yang sudah dibeli mubazir, karena kehamilan di usia awal masih rentan gagal.
Potong rambut. Sebagian masyarakat Jawa meyakini, potong rambut saat hamil akan memotong jalan lahir, alias tidak bisa melahirkan secara normal. Ini hanya pesan moral untuk kelancaran proses melahirkan secara normal, bukti medis tidak mendukung mitos ini.
Jadi, akankah Anda percaya akan pantangan dan hal-hal yang dianggap tabu itu? Coba ubah pola pikir Anda, dan mungkin Anda akan menemukan alasan yang logis dibalik semua larangan-larangan yang sudah turun-temurun itu.
Mungkin Anda termasuk orang yang tak peduli tabu saat hamil. Bagi Anda, kondisi fisik dan mental janin tidak ditentukan oleh pelanggaran terhadap pantangan. Namun, tak bisa dipungkiri, aneka pantangan tersebut muncul dan terus diturunkan (hingga sampai pada Anda!) tentu ada yang 'istimewa', tak semata takhayul. Bisa jadi ada pesan moral dan pesan yang menyangkut kesehatan di dalamnya.
Menyiksa dan membunuh binatang. Kata orang, jika suami atau istri melanggar pantangan ini, fisik anak yang dilahirkan kelak menyerupai binatang yang disiksa atau dibunuh. Sifat anak jadi sadis, dan tega membunuh. Betapapun Anda marah besar terhadap binatang tertentu, toh orang tua kita jauh-jauh hari berpesan agar Anda berdua tidak menyakiti binatang.
Pesan moral: Selama hamil, calon ibu dan ayah dituntut mengendalikan emosi. Kemampuan mengendalikan emosi sangat dibutuhkan dalam mengasuh anak, karena anak-anak kerap melakukan hal-hal yang bisa memicu kemarahan.
Menghina, membenci dan mencela. Tak boleh dilakukan baik suami mapun istri. Pelanggaran terhadap larangan ini mengakibatkan anak lahir menyerupai orang yang dihina atau dicela, baik fisik maupun sifat.
Pesan moral: Pengendalian diri! Anak mempelajarinya sejak dalam kandungan. Orang tua mengasuh anak sejak anak dalam kandungan. Dua hal ini menjadi landasan, mengapa orang yang sedang hamil tidak boleh menghina atau mencela.
Duduk atau berdiri di ambang pintu. Tidak boleh, karena duduk atau berdiri lama di ambang pintu menyulitkan proses persalinan normal.
Pesan kesehatan: ambang pintu tempat lalu lalang angin. Paparan angin yang terlalu lama bisa mengganggu kesehatan ibu hamil.
Belanja kebutuhan bayi. Pantang dilakukan sebelum usia kandungan masuk bulan ke 7. Pamali!
Pesan moral: Usia kandungan trimester tiga dianggap sudah kuat. Janin sudah berwujud bayi. Membeli pakaian dan perlengkapan bayi lebih relevan ketimbang membeli keperluan bayi saat janin belum berwujud bayi. Jangan sampai perlengkapan yang sudah dibeli mubazir, karena kehamilan di usia awal masih rentan gagal.
Potong rambut. Sebagian masyarakat Jawa meyakini, potong rambut saat hamil akan memotong jalan lahir, alias tidak bisa melahirkan secara normal. Ini hanya pesan moral untuk kelancaran proses melahirkan secara normal, bukti medis tidak mendukung mitos ini.
Jadi, akankah Anda percaya akan pantangan dan hal-hal yang dianggap tabu itu? Coba ubah pola pikir Anda, dan mungkin Anda akan menemukan alasan yang logis dibalik semua larangan-larangan yang sudah turun-temurun itu.
0 comments:
Post a Comment